idc

idc

Rabu, 19 Februari 2014

FOTO MUJAHID INDONESIA TIMUR

Foto-Foto Ekslusive Mujahid Indonesia Timur dari Gunung Tamanjeka,Allahumma Mansur Ikhwana Mujahiden fie Poso.....

Tak henti-hentinya para Musuh Allah melakukan makar demi memecah belah umat Islam,terutama yang ada di indonesia ini,dan biang keladinya siapa lagi kalau bukan AS yg menyuruh dan memerintahkan Anjingnya yaitu Densus dan anteknya,berbagai maca cara mereka melakukannya mulai dari pengaburan para mujahid kepada orang awam,pemberitaan bohong melalui media hasil buatan mereka dan masih banyak lagi....

Berbagai macam cara mereka mengaburkan yang awan tentang ajaran islam yang sesungguhnya,semoga foto-foto ekslusive yg sudah menyebar di dunia maya ini menjadi kunci dan mendorong kita semua tetap istiqamah dalam dakwah tauhid maupun berjihad di jalan Allah Azza Waa Jalla,dan semoga foto-foto ini melemahkan Musuh-musuh allah Azza Waa Jalla....
Semoga Allah Azza Waa Jalla menjaga mereka semua dan meraih kemenangan dan Cita-Cita Syahid....

1.Al-Ustadz Abu Wardah Bersama Mujahid MIT



2.Salah Seorang Mujahid MIT


3.Al-Ustadz Abu Wardah dengan senjata M-16nya


4.Al-Ustadz Abu Wardah bersama dua pengawalnya


5.Salah Satu Mujahid MIT


6.Salah satu Mujahid MIT


Hubungan Rahasia As-Israel dan Suriah-Iran

*Iran, mulutnya mengutuk Israel-AS, tapi prakteknya berkomplot.

* Persekongkolan ataupun perselingkuhan yang sama, juga dilakukan rezim Assad di Suriah sejak sejarah berdirinya Suriah hingga kini.


* CIA dan Suriah juga melakukan kerjasama intelejen untuk melakukan penyiksaan atas para tersangka terorisme sejak tahun 2001. Hubungan antara CIA dan rezim Assad sebenarnya sangat mesra, bahkan saat Suriah disebut negara bengis sekali pun. Rezim Assad memberikan tawaran bantuan untuk melakukan pekerjaan kotor dengan CIA. Rezim Assad ini menggunakan agen intelejennya untuk mengorek informasi dari para tahanan perang melalui cara-cara penyiksaan untuk kemudian memberikan informasi tersebut pada CIA. Kasus yang paling terkenal dan menjadi berita internasional adalah kasus yang terjadi atas Maher Arar, warga Kanada yang dituduh dan disiksa dalam penjara Suriah atas pesanan AS namun ternyata tidak terbukti.


* Kasus terakhir adalah dukungan AS atas rezim Assad selama revolusi Suriah ini. AS terus diam dan sekadar menyaksikan atas pembantaian yang setiap hari dilakukan Assad atas rakyat Suriah selama dua tahun ini.




Konflik di Suriah memunculkan kabut syubhat yang cukup tebal di sebagian kalangan. Dan kabut syubhat itu semakin bertambah tebal dengan cara pandang simplisistis yang mereka gunakan. Mereka menganggap bahwa konflik tersebut adalah permainan AS untuk menggulingkan rezim Assad, yang menurut mereka merupakan simbol perlawanan melawan hegemoni Barat—bersama dengan Iran. Propaganda inilah yang juga digunakan oleh Assad untuk mengaburkan pandangan kalangan umat Islam dunia —sebagaimana nasihat para pejabat Iran kepada Assad terkait dengan revolusi di Suriah akhir-akhir ini—.


Bagi mereka, posisi melawan Israel dan AS cukup untuk menjadi modal meraih simpati umat Islam. Sebuah pilihan yang menurut Trita Parsi—seorang warga AS asal Iran yang menjabat sebagai presiden National Iranian American Council—dalam bukunya Treacherous Alliance: The Secret Dealings of Israel, Iran, and the United States hanyalah sekadar retorika belaka.


Retorika kutukan atas Israel adalah salah satu trik lama yang dipakai Iran. Pendekatan tersebut akan bergema senada dengan rakyat Arab pada umumnya dan menguak impotensi rezim Arab pro-Amerika. Yang akhirnya akan membuat rezim-rezim tersebut tertekan dan dipermalukan.


Jika AS dan Israel menyerang Iran—yang mendukung kemerdekaan Palestina—akan sangat tidak mungkin bagi para pemimpin Arab—yang sebagian besar membenci Iran—untuk secara publik menentang Iran, karena sikap tersebut akan membuat mereka nampak berada di sisi Israel. Sebuah sikap yang akan sangat membahayakan posisi mereka di hadapan rakyat Arab. Ini adalah trik lama ala Iran yang Israel sudah familiar dengannya.


Menurut istilah Trita Parsi, radikal adalah retorika Khomeini, tapi praktikal adalah kebijakannya. Iran lebih pragmatis dan rumit dari yang kita bayangkan. Jika mereka melihat resiko, mereka akan berhenti dalam periode waktu tertentu.Dibalik retorika kutukan dan kecaman tersebut, sebenarnya telah terjalin kerjasama yang cukup erat antara AS-Israel-Iran. Mulai dari pelatihan intelejen, perdagangan senjata, kerjasama perdagangan, dll.


Kerjasama tersebut juga terjadi dengan Suriah di bawah kepemimpinan rezim Assad. Sejarah menunjukkan hubungan dan perselingkuhan mereka ternyata sudah sekian kali terjadi sejak sejarah berdirinya Suriah hingga sekarang.


Melalui kedubesnya di Damaskus, Amerika Serikat dan badan intelijen AS (CIA), telah memimpin dalam upaya kudeta militer pertama kalinya di Suriah pada tahun 1949, sebagaimana diyatakan dalam sebuah buku “The Game of Nations” karya Miles Copeland. Hal ini menandai awal dari peperangan internasional memperebutkan Timur Tengah antara AS sebagai pendatang baru di kancah pertarungan dunia, dan Eropa (Perancis dan Inggris) yang sebelumnya menguasai pengaruh di kawasan tersebut. Amerika Serikat melalui CIA terus menerus mendukung upaya kudeta militer yg susul menyusul di Suriah dari tahun 1950an hingga 1960an melawan pesaingnya dari negara-negara eropa, hal ini membawa ketidakstabilan yang berlangsung selama lebih dari dua dekade.




Tahun 1967, Hafez Assad menarik diri dari perang untuk mengamankan Israel. Mantan presiden Suriah, Amin Al-Hafez, dalam interview pada tahun 2001 mengatakan bahwa Hafez Assad, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan, memberikan perintah tegas kepada pasukan Suriah untuk menarik diri dari Dataran Tinggi Golan pada awal perang. Hal ini dilakukan sebelum ada tanda-tanda kekalahan dan bahkan saat belum ada konfrontasi sedikit pun dengan militer Israel. Hasilnya, wilayah strategis tersebut berhasil ditaklukkan oleh Israel. Momen ini menjadi titik balik yang membuat Assad memperoleh kepercayaan dari AS dalam mengamankan perbatasan utara Israel, sebuah prestasi di mata Israel yang berhasil dilakukannya dalam tiga dekade berikutnya.

Tahun 1967, AS memberikan dukungan kepada Suriah melalui resolusi PBB no. 242. Resolusi ini dikeluarkan pasca perang Arab-Israel tahun 1967, dimana Israel pada saat itu berhasil menguasai Dataran Tinggi Golan. Dengan dikeluarkannya resolusi tersebut, Dataran Tinggi Golan dikembalikan lagi ke pangkuan Suriah. Amerika mendukung resolusi ini. Hal ini nampak bertentangan dengan posisi Israel, meski hanya sekadar lip service, yang menolak segala gagasan penyerahan wilayah strategis tersebut.


Pasca perang “dadakan” pada tahun 1973 antara Suriah dengan Israel, biasanya AS akan mengecam “lawan” Israel saat itu, yaitu Suriah, dan memberikan sanksi pada mereka. Namun yang terjadi malah sebaliknya, pada tahun 1974 Presiden Nixon secara personal justru melakukan kunjungan ke Damaskus untuk menguatkan hubungan dengan rezim Assad.


Tidak hanya itu, sejak tahun 1976 AS menyetujui langkah Assad untuk melakukan okupasi atas Lebanon. Pasukan Suriah menginvasi Lebanon pada awal-awal perang. Diamnya AS atas operasi tersebut menjadi “lampu hijau” bagi Hafez Assad untuk memulai dan terus melanjutkan invasi ini sampai tahun 2005, saat resolusi yang diperintahkan Prancis memaksa Suriah keluar dari Lebanon. Resolusi ini pada hakikatnya ditolak oleh AS. Salah seorang analis menjelaskan peran AS ini dengan mengatakan bahwa “AS nampaknya secara diam-diam setuju atas keberlangsungan pendudukan Suriah di Lebanon.”





Tahun 1989 AS dan Suriah melakukan kesepakatan perjanjian Tha’if. Perjanjian Tha’if ditandatangani di Arab Saudi antara berbagai faksi di Lebanon untuk mengakhiri perang sipil. AS bersama dengan Prancis, Arab Saudi, Mesir dan Suriah menjadi kekuatan yang membantu menyusun perjanjian tersebut. Perjanjian tersebut menegaskan dukungan internasional kepada Suriah untuk “mengawal” kasus Lebanon.


Tahun 1991 Suriah bergabung bersama AS untuk melakukan invasi ke Irak dalam operasi Badai Gurun dengan mengirimkan 14.500 pasukan dan personil untuk membantu AS dalam invasi tersebut.


Pada tahun 1990-an AS menjadi mediator dalam negosiasi antara Suriah dan Israel. Hafez Assad setuju jika AS menjadi mediator. Kepala Staf Militer Suriah,Letjen Hikmat al-Shihabi, memimpin delegasi ke AS dengan agenda mendiskusikan negosiasi damai atas permasalahan tersebut. Dalam salah satu wawancara dengan saluran televisi Rusia, Rusia Today,seorang mantan Menteri Pertahanan Suriah dan salah seorang pendukung utama rezim Assad, Mustafa Tlas, mengatakan dengan berani bahwa al-Shihabi adalah seorang agen CIA.


Selain itu, CIA dan Suriah juga melakukan kerjasama intelejen untuk melakukan penyiksaan atas para tersangka terorisme sejak tahun 2001. Hubungan antara CIA dan rezim Assad sebenarnya sangat mesra, bahkan saat Suriah disebut negara bengis sekali pun. Rezim Assad memberikan tawaran bantuan untuk melakukan pekerjaan kotor dengan CIA. Rezim Assad ini menggunakan agen intelejennya untuk mengorek informasi dari para tahanan perang melalui cara-cara penyiksaan untuk kemudian memberikan informasi tersebut pada CIA. Kasus yang paling terkenal dan menjadi berita internasional adalah kasus yang terjadi atas Maher Arar, warga Kanada yang dituduh dan disiksa dalam penjara Suriah atas pesanan AS namun ternyata tidak terbukti.


Kasus terakhir adalah dukungan AS atas rezim Assad selama revolusi Suriah ini. AS terus diam dan sekadar menyaksikan atas pembantaian yang setiap hari dilakukan Assad atas rakyat Suriah selama dua tahun ini. AS juga menolak untuk memberikan bantuan persenjataan pada kelompok perlawanan untuk melindungi diri mereka dan menggulingkan Assad.


Nampak terlihat dengan jelas, Amerika Serikat telah berupaya sejak awal berdirinya negara suriah modern untuk “memasang” antek-anteknya dalam kekuasaan melalui kudeta militer. Meskipun AS terus berdalih melalui retorika publik melawan Suriah, AS telah mencapai puncak hegemoninya secara sempurna ketika Hafez Assad , mengambil alih kekuasaan pada tahun 1970. Sejak naiknya Assad, Suriah menjadi negara yang dipergunakan untuk operasi sembunyi-sembunyi bagi AS, termasuk melayani kepentingan AS di kawasan tersebut dan melindungi batas-batas utara entitas Israel, meskipun kelihatannya negara ini mengklaim sebagai pemimpin perlawanan terhadap Israel di kawasan Arab.


Satu hal yang menarik, selama ini ternyata Israel hanya diam seribu bahasa soal Suriah. Bagi sebagian pihak mungkin hal ini aneh, namun kita akan paham jika melihat pandangan Israel tentang Suriah. Meski pun retorika dan bahasa diplomasi seolah menunjukkan permusuhan di antara mereka, namun itu hanya bahasa di publik. Bagi Israel, Suriah adalah tetangga yang dapat diandalkan dan mudah diprediksi.


Selain pertempuran dan ledakan kekerasan skala kecil, Assad masih tetap menghargai perbatasan dengan Israel, yang berarti Dataran Tinggi Golan yang mempunyai nilai strategis secara ekonomi yang direbut secara ilegal oleh Israel pada tahun 1967, tetap tak bergerak. Bahkan pada tahun 2009 yang lalu, Assad menawarkan negosiasi “tanpa syarat” kepada Israel mengenai Dataran Tinggi Golan.


Selain itu, kapasitas Assad sudah diketahui oleh Israel. Meskipun mempunyai hubungan yang erat dengan Iran, Israel tidak terlalu tertarik dengan Suriah pasca Assad. Mereka tidak mau mengambil resiko perubahan yang berdampak pada perbatasan yang tak terkendalikan, kelompok militan yang tak terhitung jumlahnya, aliran keluar masuk senjata yang deras, meningkatnya pengaruh kelompok Islam, dan pemerintahan yang lemah dan korup yang tidak mampu mengamankan negeri. Karenanya, bagi Isral, “anti-imperialis” Assad masih cukup bagus untuk dipelihara.


“Saya memilih ekstrimisme politik Assad dibanding ekstrimis agama (Islam),” kata Ayoub Kara, anggota parlemen Israel dari Partai Likud. “Kami tidak menginginkan ekstrimis agama (Islam) di perbatasan.”


Kesimpulan ini semakin dipertegas dengan pernyataan Ariel Sharon saat ia masih menjabat sebagai Perdana Menteri Israel. Ia mengecam usulan salah seorang warga Israel untuk menggulingkan Assad. “Apakah kamu gila?”, kata Sharon waktu itu.”Hal terbaik saat ini adalah membiarkan Bashar Assad berjuang mempertahankan kekuasaannya.

Sabtu, 15 Februari 2014

Hukum Jihad, Antara Fardhu 'Ain dan Kifayah



Pembagian Jihad Melawan Orang-orang Kafir

Para ulama membagi jihad melawan orang-orang kafir menjadi dua bagian. Yaitu jihad difa’ (jihad defensif) dan jihad thalab (Jihad ofensif). Jihad model pertama diperuntukan untuk melawan musuh yang menyerang. Jihad ini diwajibkan bagi penduduk negeri yang diinvasi musuh, walaupun tanpa ada imam yang memimpin.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa apabila musuh hendak menyerang kaum muslimin maka membela diri menjadi kewajiban bagi semua penduduk yang diserang. Dan bagi kaum muslimin yang tidak diserang wajib membantu saudara mereka. Beliau rahimahullaah menganalogikan dengan kondisi kaum muslimin yang diserang musuh pada waktu perang khandak, maka Allah tidak mengizinkan seorang pun untuk meninggalkannya. Sebagaimana Allah mengizinkan untuk meninggalkan jihad untuk menyerang musuh yang kemudian membagi mereka menjadi dua bagian, qaidun wa kharijun (orang yang duduk-duduk dan yang keluar berjihad). Bahkan Allah mencela orang-orang yang meminta izin kepada Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam dalam firman-Nya,

يَقُولُونَ إِنَّ بُيُوتَنَا عَوْرَةٌ وَمَا هِيَ بِعَوْرَةٍ إِنْ يُرِيدُونَ إِلاَّ فِرَاراً


Dan sebahagian dari mereka minta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata: "Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada penjaga)".” (QS. Al-Ahzab: 13)
Jihad difa’ ini untuk membela dien, kehormatan, dan jiwa. Bahkan peperangan ini sifatnya terpaksa, mau atau tidak harus dilakukan. Sementara peperangan model kedua merupakan perang pilihan untuk menambah pemeluk dien, meninggikannya, dan untuk menakut-nakuti musuh seperti dalam perang Tabuk dan semisalnya.
Imam al-Mardawi dalam al-Inshaf menjelaskan, yang dipahami dari ucapannya, atau musuh datang menyerang negerinya, bahwa perang ini tidak wajib bagi orang yang jauh, inilah pendapat yang benar kecuali ada hajat yang menyerunya untuk datang membantu, seperti tidak mampunya penduduk tersebut melawan musuh, maka bagi penduduk yang jauh juga menjadi wajib ain.

Sedangan jihad thalab (Jihad ofensif) adalah melaksanakan firman Allah Ta’ala:

قَاتِلُواْ الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلاَ بِالْيَوْمِ الآخِرِ وَلاَ يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللّهُ وَرَسُولُهُ وَلاَ يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُواْ الْجِزْيَةَ عَن يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ

Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (QS. Al-taubah: 29)
Dan ayat-ayat lain serta hadits-hadits yang menunjukkan wajibnya berjihad dan berjalannya bersama setiap pemimpin yang baik maupun jahat sampai hari kiamat.

Hukum Dasar Jihad
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum jihad. Jumhur ulama berpendapat fardhu kifayah. Sedangkan sebagain ulama lainnya berpendapat fardhu ‘ain, di antaranya Sa’id bin Musayyib.  Dan pendapat yang lebih benar adalah fardhu kifayah bagi umat ini, berdasarkan dalil-dalil yang ada.
Walaupun hukumnya fardhu kifayah, bukan berarti kita boleh kurang memperhatikannya. Karena jihad termasuk amal ibadah yang paling mulia. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam pernah ditanya, “Siapakah manusia yang peling utama?” Beliau menjawab, “Seseorang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya.” (Muttafaq ‘alaih dari hadits Abu sa’id al-Khudri radhiyallaahu 'anhu).

Pernah Aisyah bertanya kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam, “Kami mengetahui bahwa jihad adalah amalan yang paling utama, kenapa kita tidak juga berjihad?” Beliau shallallaahu 'alaihi wasallam menjawab, “Jangan, tapi jihad paling utama adalah haji mabrur.” (HR. Al-Bukhari, dan daam riwayat yang lain, “Jihad kalian (kaum wanita) adalah haji.”

Dari sini, banyak ulama yang berpendapat bahwa haji bagi wanita lebih afdhal daripada jihad. Jihad tidak diwajibkan atas kaum wanita tanpa perbedaan. (Lihat dalam al-Inshaf dan Majmu’ al-Fatawa).
Imam Ahmad rahimahullaah berkata, “Aku tidak mengetahui ada satu amal setelah shalat fardhu yang lebih utama daripada jihad.” Dan ketika disebutkan kepada beliau tentang jihad, maka beliau menangis dan berkata, “Tidak ada satu amal kebaikan yang lebih utama daripadanya.”

Bukan berarti pendapat tentang hukum jihad sebagai fardhu kifayah, jihad tidak wajib atas umat. Tapi fardhu kifayah apabila tidak ada yang menegakkannya maka seluruh umat berdosa. Hal ini sesuai dengan kesepakatan ahli ilmu.
I
mam al-Mardawi berkata dalam al-Inshaf berkata, “Fardhu kifayah wajib atas semuanya. Dan dinashkan ini dalam urusan jihad. Apabila ada orang yang sudah melaksanakannya maka gugurlah kewajiban tersebut atas yang lain, tapi menjadi sunnah atas mereka.”

Dan apabila dikatakan jihad ini wajib ‘ain maka kewajiban-kewajiban lain pasti akan tertinggal, tidak ada yang mampu melaksanakannya. Dan kalaulha jihad ini hukumnya fardhu ain bagi setiap indvidu dari umat ini, maka Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam tidak akan pernah bisa berjalan-jalan di pasar dan para sahabat tidak akan sempat meletakkan pedang mereka dari pundaknya. Dan tidak mungkin umar akan berkata, “Kesibukan di pasar telah melalaikanku.” Ibnu ‘Auf radhiyallaahu 'anhushallallaahu 'alaihi wasallam mengizinkannya untuk tidak berangkat berjihad karena merawat istrinya, dan tidak mungkin tersisa seorang laki-lakipun di Madinah untuk menjaga kaum wanita dan anak-anak. juga tidak akan berkata, “Tunjukkan pasar kepadaku.” Begitu juga Utsman, tidak mungkin Nabi

Para ulama juga telah menetapkan syarat adanya bekal dan nafkah untuk keluarga yang ditinggalkan selama dia pergi berjihad (sebagaimana yang disebutkan dalam al-Muqni’, Syarh al-Kabir, dan Al-Inshaf). Kalau jihad ini wajib atas setiap individu, niscaya tak seorangpun diberi udzur untuk meninggalkannya, seperti orang-orang yang keadaannya tidak mampu.

Jihad juga tidak wajib atas kaum wanita, budak, orang-orang memiliki halangan, dan orang-orang yang mengutarakan alasan untuk tidak ikut keluar. Dan jika jihad ini hukumnya wajib ‘ain pastinya tidak seorangpun dari mereka yang diberi udzur (alasan) untuk tidak berjihad.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

لَيْسَ عَلَى الضُّعَفَاءِ وَلَا عَلَى الْمَرْضَى وَلَا عَلَى الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ مَا يُنْفِقُونَ حَرَجٌ إِذَا نَصَحُوا لِلَّهِ وَرَسُولِهِ مَا عَلَى الْمُحْسِنِينَ مِنْ سَبِيلٍ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ () وَلَا عَلَى الَّذِينَ إِذَا مَا أَتَوْكَ لِتَحْمِلَهُمْ قُلْتَ لَا أَجِدُ مَا أَحْمِلُكُمْ عَلَيْهِ تَوَلَّوْا وَأَعْيُنُهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ حَزَنًا أَلَّا يَجِدُوا مَا يُنْفِقُونَ

Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, atas orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada jalan sedikit pun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan tiada (pula dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: "Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu", lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan.” (QS. Al-Taubah: 91-92)
Mereka-mereka yang lemah, sakit, fakir yang tidak memiliki apa yang bisa mereka nafkahkan, dan juga Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam tidak mendapatkan kendaraan untuk mengangkut mereka, Allah telah memberikan izin bagi mereka untuk tidak berjihad dalam kitab-Nya dengan keterangan yang sangat jelas.
Allah Ta’ala berfirman,

لَا يَسْتَوِي الْقَاعِدُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ غَيْرُ أُولِي الضَّرَرِ وَالْمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ عَلَى الْقَاعِدِينَ دَرَجَةً وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَفَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ عَلَى الْقَاعِدِينَ أَجْرًا عَظِيمًا

 “Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai udzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar.” (QS. Al-Nisa’: 95)

Kalaulah jihad adalah fardhu ‘ain untuk selama-lamanya maka tidak akan ada kesempatan untuk membandingkan antara mujahidin dengan qaidin (yang tidak keluar berjihad) dan pastinya Allah tidak akan menjanjikan kebaikan untuk semuanya.

Sedangkan keberadaan orang buta dan pincang yang ikut rembug dan memberikan usul sebagaimana ikut sertanya Amru bin Al-Jamuh al-Anshari radhiyallaahu 'anhu dalam sebuah peperangan, maka semua itu karena semangat yang muncul dari diri mereka bukan karena hal itu diwajibkan atas mereka.

Kapan Jihad Menjadi Fardhu ‘Ain

Para ulama telah menetapkan bahwa jihad tidak menjadi fardhu ‘ain kecuali dalam tiga kondisi:
Pertama, apabila dua pasukan sudah bertemu dan berhadapan berdasarkan firman Alla Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا زَحْفًا فَلَا تُوَلُّوهُمُ الْأَدْبَارَ

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur).” (QS. al-Anfal: 15)
Kedua, apabila orang-orang kafir sudah memasuki negeri muslim, bagi penduduk negeri wajib berperang melawan dan mengusir mereka. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قَاتِلُوا الَّذِينَ يَلُونَكُمْ مِنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوا فِيكُمْ غِلْظَةً

Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu.” (QS. Al-Taubah: 123)

Ketiga, Apabila imam sudah menunjukkan suatu kaum untuk keluar berjihad maka mereka wajib keluar berdasarkan sabda Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam, “Maka apabila kalian diperintah untuk keluar berjihad, maka keluarlah!.” (Muttafaq ‘alaih)
Wallahu a’lam.

FITNAH WANITA

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ, وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا, مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَ مَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ, وَ أَشْهَدُ أَلاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ , وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ.

أَمَّا بَعْدُ:

“فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَ خَيْرَ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَ شَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٍ وَ كُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ .

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الله أَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Kaum Muslimin rahimakumullah…

Rasulullah -shollallahu alaihi wa sallam- bersabda:
مَا تَرَكْتُ بَعْدِيْ فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنْ النِّسَاءِ

Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada (fitnah) wanita .

Sungguh, fitnah wanita termasuk cobaan terbesar dan paling mengerikan bagi kaum Adam. Karena wanita, dua orang laki-laki berkelahi. Lantaran wanita, dua kubu saling bermusuhan dan saling serang. Oleh sebab wanita, darah begitu murah dan mudah diguyurkan. Karena wanita, seorang dapat terjatuh dalam jurang kemaksiatan. Bahkan, karena wanita, si cerdas yang baik dapat berubah menjadi dungu dan liar. Jarir bin ‘Athiyyah al-Khathafi bersenandung:
إِنَّ العُيُوْنَ الَّتِيْ فِي طَرْفِهَا حَــوَرٌ قَتَلْنَنَا ثُمَّ لَمْ يُحْيِيْنَ قَتْــلاَناَ
يَصْرَعْنَ ذَا اللُّبِّ حَتَّى لاَ حَرَاكَ لَهُ وَهُنَّ أَضْعَفُ خَلْقِ اللّهِ إِنْـسَاناَ

Sesungguhnya indahnya mata-mata hitam wanita jelita
Telah membunuh kita dan tiada lagi menghidupkannya
Mereka pun taklukkan si cerdas hingga tiada berdaya
Sedang mereka manusia paling lemah dari ciptaan-Nya

Lantaran dia, laki-laki enggan bekerja. Karena dia, mereka menjadi pemalas dan pelamun. Dan oleh sebab dirinya, Muslim taat enggan pergi berjihad. Jamil Butsainah berkata:
يَقُوْلُوْنَ: جَاهِدْ يَا جَمِيْلُ بِغَزْوَةٍ أَيَّ جِهَادٍ غَيْرَهُنَّ أُرِيْــدُ
لِكُلِّ حَدِيْثٍ بَيْنَهُنَّ بَـشَاشَةٌ وَ كُلُّ قَتِيْلٍ بَيْنَهُنَّ شَهِيْـدُ

Mereka berkata: Jihadlah, wahai Jamil di peperangan
Jihad mana lagi selain bersama mereka yang ku inginkan
Pada setiap alur cerita diantara mereka adalah suka cita
Dan setiap korban di tengah mereka adalah syahid matinya

Itulah sebagian kecil dari dampak godaan wanita yang dapat kita perhatikan bersama. Godaan wanita yang jauh dari agama, yang tidak taat akan aturan-aturan Rabb-Nya, wanita calon penghuni neraka.

Semoga Allah memberikan petunjuk kepada wanita-wanita muslimat kepada jalan yang lurus, dan menjadikan keluarga, sahabat, saudara, tetangga, serta masyarakat kita, baik laki-laki maupun wanita, menjadi Muslim dan Muslimah yang taat terhadap ajaran agama. Amin.

Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Ed 52, hal. 60

Rabu, 12 Februari 2014

Haram Merayakan Valentine's Day



Fenomena perayaan Valentine's Day tidaklah terlalu asing di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan kota-kota lainnya. Para remaja, walau baru kelas satu SMP, sudah mengenal budaya setan ini. Mereka biasa merayakannya dengan mengadakan lomba saling merayu antara lawan jenis, saling memberikan bunga dan hadiah kepada pacarnya, mengadakan pesta musik yang terkadang disertai minuman keras tanpa mempedulikan terjadinya percampuran pria dan wanita non-mahram. Bahkan, acara ini oleh mereka dijadikan ajang untuk mengekspresikan hawa nafsu kepada lawan jenis, misalnya mencium pipi, memegang tangan, sampai melakukan perbuatan yang kelewat batas, naudzu billahi min dzalik. Lucunya, perayaan ini pun rupanya tidak hanya dilakukan oleh anak muda. Bapak-bapak, Ibu-ibu, dan tante-tante pun tidak ketinggalan 'bertaklid' merayakan budaya sesat ini.

Lebih memprihatinkan lagi, budaya ini telah menjarah remaja Islam, remaja yang diwanti-wanti oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam untuk selalu mengikat perilakunya dengan ajaran Islam dan tidak membebek kepada cara hidup orang kafir, malah larut dalam perayaan jahiliah ini dengan meninggalkan akidah Islam.

Mereka yang melakukan perayaan ini berdalih dengan kasih sayang. Padahal, pesta semalam suntuk dalam rangka ber-Valentine's Day diikuti dengan perbuatan dan tindakan yang bertentangan dengan moral dan agama (khususnya agama Islam) tidak akan melahirkan kasih sayang yang sejati. Kasih sayang yang dilahirkannya hanyalah kasih sayang semu dan palsu. Bukan kasih sayang, mungkin lebih tepat disebut hawa nafsu. 



Sejarah Singkat Valentine's Day

Valentin, atau Valentinus yang di Indonesia beberapa waktu terakhir ini mulai dipopulerkan secara luas dengan istilah Valentin (tanpa e atau huruf s) sebetulnya nama seorang martir (orang Kristen yang terbunuh karena mempertahankan ajaran agama yang dianutnya). Valentin yang sebenarnya adalah nama seorang tokoh agama Kristen yang karena kesalehan dan kedermawanannya diberi gelar Saint atau Santo disingkat dengan St., yang mempunyai tempat istimewa di dalam ajaran agama ini. Panggilan atau gelar ini dilekatkan pula kepada tokoh Kristen yang lainnya, seperti St. Paul, St. Peter, St. Agustine dan sebagainya. St. hanya dihubungkan dengan nama seorang penganjur dan pemimpin besar agama Kristen, dan karena itu tidak dapat diberikan kepada sembarang pemeluk agama ini, yang tingkat keagamaannya masih rendah.
St. Valentin ini karena pertentangannya dengan Kaisar CLAUDIUS II, penguasa Romawi pada waktu itu, berakhir dengan pembunuhan atas dirinya pada abad ketiga, tepatnya pada tanggal 14 Februari tahun 270 Masehi. Menurut kepercayaan Kristen, kematian Valentin ini dikategorikan martir membela agamanya, sebagaimana orang Islam menyebut syahid bagi seorang muslim yang terbunuh di medan jihad.
Kematian yang tragis, kesalehan, dan kedermawanan Valentin ini tidak dapat dilupakan oleh para pengikutnya di belakang. Valentine dijadikan simbol bagi ketabahan, keberanian, dan kepasrahan seorang Kristen menghadapi kenyataan hidupnya. Namanya dipuja dan diagungkan dan hari kematiannya diperingati oleh pengikutnya dalam setiap upacara keagamaan yang dianggap sesuai dengan peristiwa tragis itu. Upacara peringatan yang pada mulanya bersifat religius itu dimulai pada abad ketujuh Masehi dan berlangsung sampai abad keempat belas, dan setelah abad itu signifikansi keagamaannya mulai hilang dan tertutup oleh upacara dan ceremony yang non-agamis.
Hari Valentin, sebagaimana dikatakan di atas, adalah hari kematian Valentine yang kemudian diperingati oleh para pengikutnya setiap tanggal 14 Februari. Kemudian hari Valentine ini dihubungkan pula dengan pesta atau perjamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut supercalia yang biasanya jatuh pada tanggal 15 Februari. Setelah orang Romawi masuk Kristen, maka pesta supercalia itu secara religius dikaitkan dengan kematian atau upacara kematian St. Valentine.

Penerimaan Valentine sebagai model kasih sayang tulus diduga seperti berasal dari kepercayaan orang Eropa, bahwa masa kasih sayang mulai bersemi bagi burung jantan dan burung betina pada tanggal 14 Februari setiap tahunnya. Perkiraannya atau kepercayaannya ini lalu berkembang menjadi pengertian umum bahwa sebaiknya pihak pemuda mencari seorang pemudi (wanita) untuk menjadikan pasangannya dan sebaliknya pada tanggal tersebut. Bersamaan dengan itu, mereka menyarankan untuk saling tukar tanda mata atau cadeau (kado) sebagai lambang terbinanya kasih sayang di antara mereka. Namun, Valentine ini lebih dipopularkan lagi oleh orang-orang Amerika dalam bentuk greeting card (kartu ucapan selamat) terutama sejak berakhirnya Perang Dunia I.


Hukum Merayakan Valentine's Day

Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikiran. Apalagi, bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syiar dan kebiasaan. Padahal, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam, artinya, "Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut." (HR At-Tirmizi).

Abu Waqid meriwayatkan, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saat keluar menuju Perang Khaibar, beliau melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik, yang disebut dengan Dzaatu Anwaath, biasanya mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon tersebut. Para sahabat berkata, 'Wahai Rasulullah, buatkan untuk kami Dzaatu Anwaath, sebagaimana mereka mempunyai Dzaatu Anwaath.' Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Maha Suci Allah, ini seperti yang diucapkan kaum Nabi Musa, 'Buatkan untuk kami tuhan sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan.' Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang yang ada sebelum kalian'." (HR At-Tirmizi, ia berkata, hasan sahih).

Berkasih-sayang versi valentinan ini haruslah diketahui terlebih dahulu hukumnya, lalu diputuskan apakah akan dilaksanakan atau ditinggalkan. Dengan melihat dan memahami asal-usul serta fakta pelaksanaan Valentine's Day, sebenarnya perayaan ini tidak ada sangkut pautnya sedikit pun dengan corak hidup seorang muslim. Tradisi tanpa dasar ini lahir dan berkembang dari segolongan manusia (kaum/bangsa) yang hidup dengan corak yang sangat jauh berbeda dengan corak hidup berdasarkan syariat Islam yang agung.

Sangat jelas bahwa Valentine Day adalah budaya orang kafir, yang kita (umat Islam) dilarang untuk mengambilnya. Kita dilarang menyerupai budaya yang lahir dari peradaban kaum kafir, yang jelas-jelas bertentangan dengan akidah Islam. Sungguh, ikut merayakan hari valentin adalah tindakan haram dan tercela.

Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah berkata, "Memberikan ucapan selamat terhadap acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, "Selamat hari raya" dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalaupun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bahkan, perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala dan lebih dimurkai daripada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Seperti orang yang memberi selamat kepada orang lain atas perbuatan maksiat, bid'ah, atau kekufuran. Padahal, dengan itu ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta'ala." 

Syekh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin ketika ditanya tentang Valentine's Day mengatakan, "Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena alasan berikut. Pertama, ia merupakan hari raya bid'ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syariat Islam. Kedua, ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf saleh (pendahulu kita)--semoga Allah meridhai mereka. Maka, tidak halal melakukan ritual hari raya mereka, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah, ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup) yang tampak ataupun yang tersembunyi, dan semoga meliputi kita semua dengan bimbinga-Nya."

Mengekornya kaum muslimin terhadap gaya hidup orang kafir akan membuat mereka senang dan dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati. Allah berfirman (yang artinya), "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpinmu; sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. Al-Maidah: 51).

"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya." (QS. Al-Mujadilah: 22) 

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam surga yang hamparannya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah menjadikan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang disebutkan dalam hadis Qudsi, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya, "Kecintaan-Ku adalah bagi mereka yang saling mencintai karena Aku, saling berkorban karena Aku, dan yang saling mengunjungi karena Aku." (HR Ahmad). Wallahu a'lam.

KEMBALIKAN MAHKOTA YANG HILANG



Selang dari beberapa hari ini sering mendengar kritikan tentang para Mujahid terutama yang ada di poso,entah dari siapa bermula dan kenapa itu terjadi juga entah lah kesalahan kesalahan mana yang dibuat oleh mereka di poso sana dengan melontarkan ungkapan yang kurang jelas.....

Pada hari ini,tidak ada kesibukan yang lebih menyibukan manusia dalam mengkritik para mujahid berupa celaan,pengaburan,penghinaan,penelantaran dan menyebarkan berita dusta.Banyak komentar dengan istilah memakai baju Kritik Konstruktif (membangun),nasihat seorang saudara dan ungkapan-ungkapan lainnya,sekilas tampak penuh kasih sayang namun tetapi didalamnya kejahatan busuk,penipuan,makar tipu daya juga pembodohan.


Sangat mengherankan bagi mereka yang tidak ikut berjihad atau cuma menonton mereka biasanya cuma berkritik begini dan begitu,itulah penonton,kayak para penggemar sepak bola atau penggemar petinju cuma bisa ngoceh dari tempat duduknya ABCDE.....


Masih terngiang ditelinga tentang para syuhada yang mana jenazah yang dipulangkan dalam keadaan tidak utuh lagi,bukan rahasia umum lagi buat kita terutama dari kalangan para Mujahid dan muwahid,jenazah yang ditrima sanak pamily cuma seonggok daging dan tulang yang dibungkus kulit saja,dan kita sebagai penonton dan pengkritik cuma bisa innalillah,astargfirullah,cacian dan makian,pernahkah terbesit dihati kita untuk mengembalikan mahkota dan harga diri mereka yang telah di rampas,yaa Akhy ini bukan doktrin balas dendam cuma menyampaikan sebuah kata agar kita semua sadar artinya saudara seiman.


Kita tidak tau saat ini siapa yang memakai kedua mata Syuhada "A",kita tidak tau di perut siapa sekarang jantung Syuhada "B" di tanam,kita tidak tau di tubuh siapa ginjal Syuhada "C" dan kita tidak tau dan tidak tau,maka dari itu ikhwan-ikhwan sekalian,mari kita kembalikan mahkota dan harga diri ara syuhada yang dirampas densus dan para dokter mabespolri,wahai akhy ini bukan mengajarkan doktrin balas dendam tapi ini cuma menyampaikan kalau bukan kita yang mengembalikan harga diri dan mahkota para syuhada tersebut siapa lagi....


"hai orang-orang beriman perangilah orang-orang kafir disekitarmu,dan hendaklah mereka menemui kekerasan darimu dan ketahilah bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa" (QS At-Taubah 123)


Apakah kalian membenarkannya??? sedangkan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam adalah Rahmat semesta Alam datang membawa kedamaian,kesejahtraan,keamanan,rasa cinta dan keselmatan bagi seluruh manusia.Rabb-Nya berfirman sedemikian rupa kepada-Nya,itulah pemahaman para Mujahid dahulu,andai kalian tinggal bersama mereka seribu tahun lalu dan kalian mengatakan kepada mereka "jangan menggunakan kekerasan" niscaya mereka tidak akan menerima perkataan mu itu kecuali turun Wahyu lagi dari jibril,dan Mushaf yang baru itu lalu dibagikan kepada tentara AS,densus88 dan orang-orang terkemuka dan para banci di Mabespolri.


Kalau pun memang para Mujahid membunuh oranng orang yang tidak berdosa lantas tolong paparkan orang-orang seperti apa yang tidak berdosa,adapun orang orang yang tidak berdosa itu dan saya katakan "para mujahid pergi meninggalkan anak istrinya juga tanah dan tempatnya demi membela orang-orang tak berdosa,bisa saja mereka meletakkan tangan mereka (berbai'at) di atas tangan-tangan orang yang tangan NYA di taruh ditangan mereka (penguasa MURTAD) supaya mereka bisa menjadi pejabat yang memegang jabatan tinggi,mendapat kekuasaan dan bisa tampil ditelevisi biar tambah terkenal,tapi mereka memilih "KEJANTANAN dari pada memilih KEHINAAN",mereka lebih memilih pergi berjihad dan membela saudara muslimnya,mereka leih memilih tidur dihutan ketimbang tidur dg istri dan anak-anaknya.


Mari kita menggunakan akal kita sedikit,yaa akhy coba liat Musuh-musuh Allah menggunakan segala macam tipu daya buat memecah belah umat muslim,mulai dg pengaburan sampai keberita yang dusta.Banyak sekali kasus kasus yang menyebar seperti pembunuhan,padahal mereka yang membunuh tapi dilemparkan kepada para mujahid,akibatnya sesama muslim saling bertikai dan adu jotos.


Adapun, orang yang terbunuh tanpa sengaja karena kesalahan yang dilakukan pihak mujahidin, maka sesungguhnya, kesalahan semacam ini juga ada dalam pertempuran-pertempuran yang dilakukan oleh manusia paling utama, paling berakal, dan paling benar pendapatnya. Imam Bukhari meriwayatkan dari hadits Aisyah Radhiyallahu anha, dia berkata, “Pada hari terjadinya perang Uhud, orang-orang musyrik mengalami kekalahan.” Iblis—semoga Allah melaknatinya—berteriak, “Wahai hamba-hamba Allah, barisan belakang…!!” Maka, barisan depan kembali mundur, mereka saling pukul dengan barisan belakang. Hudzaifah melihat hal itu, tiba-tiba dia teringat bapaknya, Al-Yaman. Maka dia berkata, “Wahai hamba-hamba Allah, bapakku … bapakku!!” Aisyah berkata, “Demi Allah, mereka tidak bisa menghalangi dari membunuhnya sampai mereka membunuhnya.” Hudzaifah berkata, “Semoga Allah mengampuni kalian.” Lihatlah mereka, para sahabat membunuh ayah pemilik rahasia Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam secara salah, mereka berkumpul mengepungnya kemudian membunuhnya. Padahal, mereka berperang masih menggunakan pedang dan tombak; maka bagaimana keadaannya—menurut kalian—jika perangnya menggunakan bom dan rudal -seperti yang digunakan mujahidin pada hari ini?


Kita perangi mereka yang Kafir

Apakah yang dimaksud dengan penguasa disini, adalah mereka-mereka yang mengumumkan keberpihakan mereka di bawah panji Amerika dalam perang salibnya terhadap Islam? Apakah yang kalian maksud dengan penguasa disini, adalah mereka-mereka yang menerapkan hukum yang bersumber dari undang-undang Prancis, Amerika, dan Inggris dalam permasalahan darah, harta benda, dan kehormatan kaum muslimin? Apakah yang kalian maksud dengan penguasa disini, adalah mereka-mereka yang membantu Amerika dengan harta benda, tanah, penjagaan, udara, minyak bumi, bahan pangan, obat, dan berbagai informasi, agar Amerika bisa menghemat waktu dan tenaga; sehingga Amerika bisa leluasa membunuhi kaum muslimin tanpa ada halangan yang berarti? Apakah yang kalian maksud dengan penguasa disini adalah mereka-mereka yang membunuhi para mujahidin, menawan, dan menyerahkan mereka kepada Amerika? Jika yang kalian maksud penguasa disini adalah mereka-mereka ini, maka, kami bersaksi kepada Allah bahwa mereka adalah orang-orang kafir. Dan orang yang tidak mengkafirkan mereka, maka dia termasuk orang yang paling bodoh dengan realitas dan aqidah kaum muslimin.
Bagaimana mereka tidak kafir, padahal dalam diri mereka telah terkumpul syarat-syarat pemvonisan kafir tanpa ada penghalangnya?! Mereka juga telah mengumumkan kekafiran mereka setiap pagi dan sore, di depan penglihatan dan pendengaran semua manusia. Seandainya mereka memiliki telinga, niscaya mereka akan mendengar kekafiran penguasa mereka. Seandainya mereka memiliki mata, niscaya mereka akan melihat kekafiran penguasa mereka. Seandainya mereka memiliki akal, niscaya akan mengetahui kekafiran penguasa mereka. Seandainya mereka memiliki lisan, niscaya akan mengumumkan kekafiran penguasa mereka. Akan tetapi,

“Mereka tuli, bisu, dan buta. Maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti.” [QS. Al-Baqarah: 171]

Ya akhi mari kita ke satukan kekuatan rapatkan barisan mari kita kembalikan harga diri para syuhada yang telah hilang....

Selasa, 11 Februari 2014

Syaikh Aiman az-Zawahiri: Kami ingin menegakkan Khilafah Islamiyah, bukan ingin menjadi khalifah


Syaikh Aiman az-Zawahiri: Kami ingin menegakkan Khilafah Islamiyah, bukan ingin menjadi khalifah



Syaikh Aiman az-Zawahiri dalam pesan audionya yang berjudul “Iman Mengalahkan Arogansi” menegaskan mujahidin Al-Qaeda tidak memiliki ambisi untuk menjadi khalifah. Al-Qaeda hanya bekerja dan berusaha untuk menegakkan Khilafah Islamiyah. Pesan audio berdurasi 1 jam 12 menit itu dirilis oleh Yayasan Media As-Sahab dan Al-Fajr Media Center pada bulan Dzulqa’dah 1434 H/September 2013 M.
Siapa pun yang menjadi khalifah, selama ia memenuhi syarat-syarat khalifah yang diatur dalam Syariat Islam dan dipilih atas dasar syura kaum muslimin secara ridha dan sukarela, Al-Qaeda akan siap membaiatnya dan menjadi pendukungnya.
Hal itu ditegaskan oleh Syaikh Aiman az-Zawahiri saat membantah tuduhan Amerika dan boneka-bonekanya bahwa Al-Qaeda ingin memonopoli dan merebut kekuasaan di Suriah dari tangan kelompok-kelompok jihad lainnya.
Kelompok mujahidin Suriah yang paling kuat dan berpengaruh, Jabhah Nushrah, secara resmi telah membai’at Syaikh Aiman az-Zawahiri dan menggabungkan diri dengan Tanzhim Al-Qaeda pada Rabu, 29 Jumadil Ula 1434 H bertepatan dengan 10 April 2013 M. Amir Jabhah Nushrah Syaikh Abu Muhammad al-Jaulani menyampaikan baiat Jabhah Nushrah kepada Al-Qaeda dalam pesan audio berdurasi 7 menit 15 detik yang dirilis secara resmi oleh Yayasan Media Al-Manarah al-Baidha’, sayap media Jabhah Nushrah.
“Amerika dan boneka-bonekanya melakukan kampanye besar-besaran untuk menjelek-jelekkan citra mujahidin dan kelompok Al-Qaeda, dan mereka menyebar luaskan banyak kebohongan. Misalnya Amerika dan boneka-bonekanya mengatakan bahwa Al-Qaeda ingin menguasai pemerintahan Suriah,” kata Syaikh Aiman az-Zawahiri.
Membantah tuduhan palsu dan kampanye jahat Amerika tersebut, Syaikh Aiman az-Zawahiri menegaskan bahwa Al-Qaeda tidak berambisi menjadi khalifah di Suriah. Al-Qaeda hanya berjuang untuk menegakkan khilafah Islamiyah di Suriah.
Siapa pun yang diangkat oleh kaum muslimin Suriah sebagai khalifah, jika memenuhi syarat-syaratnya seperti diatur oleh syariat Islam dan dipilih berdasarkan syura kaum muslimin Suriah, maka Al-Qaeda akan membaiatnya dan menjadi pendukung setianya.
Syaikh Aiman Az-Zawahiri mengatakan, “Oleh karena itu dalam kesempatan ini penting bagi saya untuk menjelaskan beberapa perkara, yang sebelumnya telah saya jelaskan dan saya akan mengulangi penjelasan tersebut, guna menghadapi kampanye penyesatan dan pencitraan buruk tersebut.
Pertama, Kami menginginkan Khilafah Islamiyah di mana umat Islam yang akan memilih para pemimpinnya dengan keinginan mereka sendiri dan kebebasan penuh, sehingga umat Islam berjanji setia untuk mendengar dan taat kepada pemimpin Khilafah Islamiyah tersebut berdasar Kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa salam, umat Islam akan menaati mereka selama mereka menaati Allah Ta’ala.
Kami ridha dengan orang yang pada dirinya terpenuhi syarat-syarat kelayakan yang ditetapkan oleh syariat Islam [untuk menjadi khalifah] dan dipilih oleh umat Islam agar ia [khalifah tersebut] memerintah umat Islam berdasar kitab Allah dan sunnah nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa salam, dan pada saat tersebut kami akan menjadi penolong-penolong dan pendukung-pendukung khalifah tersebut.
Sesungguhnya Al-Qaeda menginginkan umat Islam memiliki seorang khalifah yang mereka sendiri memilihnya dengan keridhaan dan kesepakatan mereka atau persetujuan mayoritas mereka.”
Lebih lanjut Syaikh Aiman az-Zawahiri mengatakan, “Jika umat Islam mampu menegakkan pemerintahan Islam di sebuah wilayah bumi tertentu sebelum umat Islam mampu menegakkan Khilafah Islamiyah, lalu ada orang yang diridhai oleh umat Islam di wilayah bumi tersebut sebagai imam [Amir] mereka karena ia memenuhi syarat-syarat sebagai pemimpin seperti ditetapkan oleh syariat Islam dan ia memimpin mereka berdasar Al-Qur’an dan as-sunnah, niscaya kami [Al-Qaeda] adalah orang yang akan pertama kali ridha dengan orang [Amir] tersebut, sebab kami [Al-Qaeda] tidak menginginkan kekuasaan, namun yang kami [Al-Qaeda] inginkan adalah pemerintahan Islam.
Oleh karena itu kami [Al-Qaeda] mengatakan dengan sejelas-jelasnya kepada umat kami umat Islam secara umum dan rakyat kami di negeri Syam secara khusus, bahwa sesungguhnya Al-Qaeda sangat jauh dari sikap merampas hak kalian untuk memilih orang yang kalian ridhai sebagai pemimpin [penguasa] muslim yang memimpin kalian dengan Kitab Allah dan sunah rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa salam.
Jika Allah memberi kemampuan tegaknya pemerintahan Islam di bumi Syam dalam waktu dekat dengan izin Allah, maka orang yang dipilih oleh Umat Islam di Syam sebagai pemimpin mereka yang mengatur mereka dengan kitab Allah dan sunnah rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa salam, niscaya orang [pemimpin[ tersebut juga menjadi pilihan kami.”.